Wednesday, February 9, 2011

Demi Film Dokumenter, Miguel Littin Berani Menantang Maut

Ada-ada saja kalau sudah nekat. Mau-maunya taruhan nyawa hanya untuk membuat film. Coba bayangkan: Anda adalah seorang sutradara, buron, diusir dari negeri sendiri, musuh negara, dan tinggal di negeri orang. Lalu niat menyutradarai film di negeri sendiri. Termasuk shooting film di ruang kerja sang presiden, musuh besar Anda! Agar aman tak dikenali perlu penyamaran wajah. Lalu, Beranikah Anda melakukan penyamaran selama 6 minggu di tengah tengah ribuan musuh dengan resiko ketahuan dan dibunuh setiap saat? Atau lupakan saja!

Bagi sutradara asal Chili, Miguel Littin, hal itu adalah tantangan dan menjadi sebuah petualangan demi menghasilkan sebuah karya yang monumental. Perkara nyawa, urusan belakangan, dan ini hanyalah sepenggal kisah dalam kehidupan Littin selama karirnya di dunia senimatrografi. Maka tak salah jika dia dijuluki sebagai sutradara legendaris di negerinya, Chili .

Littin memang sosok yang selalu memiliki ambisi besar. Karena sikap kerasnya kepada pemerintahan Augusto Pinochet, mantan walikota Palmilla periode 1992-1994 dan 1996-2000 ini diasingkan ke Mexico, dan kemudian hijrah ke Spanyol, serta hidup mengasingkan diri di sana, jauh dari sanak keluarga. Rezim Pinochet bahkan melarangnya pulang, atau dia akan dijebloskan ke penjara, atau yang fatal, dibunuh. Maka demi kepentingan pembuatan film, pada 1986 Littin menyamar sebagai pengusaha Uruguay, dan merancang skenario untuk mengamankan penyamarannya itu.

Misalnya, ia menyewa seorang wanita untuk dijadikan sebagai istri pura-pura, dan tinggal sehotel dengannya; identitas dipalsukan; wajah disamarkan; paspor dipalsukan; dan bahkan dia harus mengubah aksen bicaranya agar mirip orang Uruguay, serta membuang jauh-jauh cara tertawa, gerak gerik, dan bahasa tubuhnya yang khas. Ini semua terpaksa dilakukan karena sebelum menjadi buronan, dia adalah seorang walikota yang sosoknya jelas sudah sangat familiar bagi sebagian warga Chili. Apalagi karena sepak terjangnya membuat dia 'terusir' dari negeri kelahirannya itu.

Untuk menyukseskan semua itu, Littin bekerjasama dengan kru dari tiga negara, namun dia tetap memimpin penyutradaraan. Walhasil, setelah 6 pekan menyamar, dia berhasil merampungkan film yang menghabiskan negatif film sepanjang 100.000 kaki itu, yang setelah diedit di sana-sini, menjadi sebuah film dokumenter berdurasi 4 jam yang diberi judul Acta General de Chile, dan dirilis pada tahun yang sama, 1986. Film ini bertutur tentang kondisi negaranya di bawah rezin Pinochet yang otoriter dan kejam. Dia sengaja membuat film ini demi kecintaannya kepada negara yang terpaksa harus ditinggalkannya itu.

Sutradara bernama lengkap Miguel Ernesto Littín Cucumides itu lahir di Palmilla, Chili, pada 9 Agustus 1942. Selain berprofesi sebagai sutradara, dia juga menulis skenario plus produser film, serta menulis novel. Ayahnya berdarah Palestina, bernama Hernán Littin. Sedang ibunya berdarah Yunani dan bernama Cristina Cucumides.

Karya besarnya yang paling populer dan hingga kini dianggap sebagai film terbaik sepanjang masa versi negaranya, Chili, adalah film berjudul El Chacal de Nahueltoro (Tukang Jagal dari Nahueltro) yang dirilis pada 1969. Film ini bahkan membuatnya dianggap sebagai pembawa aliran baru bagi dunia sinema di Amerika Latin.

Littin diasingkan pemerintahan Augusto Pinochet tak lama setelah rezim ini menumbangkan Presiden Salvador Allende melalui kudeta militer pada 11 September 1973. Selama di Mexico, dia sempat membuat beberapa film, seperti Letters from Marusia yang terinspirasi oleh aksi mogok kerja para penambang Cile; El Recurso del Metodo (Long Live Presiden) yang diangkat dari novel karya Carpentier Alejo berjudul El Recurso del método (Alasan Negara); dan The Widow Montiel and Geraldine Chaplin yang diangkat dari cerpen karya García Gabriel Márquez. Film El Recurso del Metodo digarap bersama produser dari Perancis dan Kuba.

Littin hijrah ke Spanyol 1984. Selama di pengasingannya ini lah semangat nasionalismenya kian berkobar sehingga ia nekat memproduksi Acta General de Chile. Melalui film ini ia ingin mengabarkan kepada dunia bagaimana Pinochet merusak negaranya, sekaligus untuk mengobati rasa kangennya kepada keluarga dan Tanah Air tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Film itu menginspirasi pemenang Nobel Sastra asal Kolombia, Laureate Gabriel Garcia Marquez, untuk menerbitkan buku tentang Littin dengan judul Clandestine in Chile: The Adventures of Miguel Littin yang dirilis pada 1987.

Setelah Pinochet terguling pada 1990, sutradara bernyali besar ini kembali ke negaranya, dan terus membuat film. Di antaranya Tierra del Fuego yang didasari kisah petualangan seorang penjelajah bernama Julius Popper; lalu film Dawson; dan Isla 10 yang bercerita tentang sekelompok tahanan politik yang dikirim ke Pulau Dawson saat rezim Pinochet masih berkuasa.

Kesuksesan lain yang diraih Littin adalah nominasi untuk film asing terbaik di ajang Academy of Motion Picture Arts and Sciences untuk film Actas de Marusia dan Alsino and Condor. Film ini bahkan meraih medali emas di ajang Moskow International Film Festival.

Film-film Littin umumnya bercerita tentang kehidupan kaum papa dan kaum tertindas di Chili, terutama ketika rezin Pinochet masih berkuasa.

(diolah dari berbagai sumber, termasuk Kompas.com)

No comments:

Post a Comment